Selasa, 11 Desember 2007

Meneliti Abu Joan d’Arc,Benarkah Pahlawan Prancis Itu Dibakar Tiga Kali?

Paris – Bagi warga Prancis, nama Joan d’Arc tidak asing lagi. Perempuan pahlawan abad ke-15 yang mati dibakar pada usia 19 tahun itu merupakan simbol kebangkitan bangsa Prancis. Kini, para ahli tengah menyelidiki abu yang dianggap berasal dari tubuhnya.
Sisa-sisa tubuh jenazah dilaporkan berhasil dikumpulkan dari onggokan kayu bakar di mana Joan d’Arc dibakar hidup-hidup. Temuan itu muncul hampir 600 tahun setelah abunya diyakini telah dibuang ke Sungai Seine.
Sebuah tim yang terdiri atas 18 pakar berencana melakukan serangkaian tes terhadap pecahan tulang dan jaringan kulit yang diduga berasal dari tubuh d’Arc.
Philippe Charlier, pakar forensik yang turut dalam penelitian itu, menyatakan analisis tersebut dapat memakan waktu enam bulan. Ia menambahkan penelitian itu tidak dapat memastikan bahwa bagian tubuh tersebut benar-benar milik Joan d’Arc, karena tidak ada sampel DNA yang dapat menjadi perbandingan. Namun, dari penelitian dapat diketahui jika tulang-tulang itu bukan berasal dari tubuh d’Arc.

Dibakar Tiga Kali
Dengan mengkaji susunan molekuler dan biokimia, tim berharap dapat menentukan secara tepat tahun dan keaslian sisa abu itu. Kombinasi teknik penentuan masa karbon dan analisis tentang jejak abu akan memungkinkan tim pakar menentukan usia abu hingga pada tahun dan bulan secara akurat.
Selain itu, bisa pula ditemukan fakta baru tentang pahlawan perempuan yang membantu Prancis memukul mundur pasukan Inggris di akhir Perang Seratus Tahun (1337-1453).
Menurut Charlier, d’Arc sebenarnya dibakar tiga kali pada 30 Mei 1431, menyusul persidangannya di Rouen, Normandia. Pada pembakaran pertama, d’Arc meninggal dunia karena terlalu banyak menghirup asap. Saat dibakar untuk kedua kalinya organ-organ dalamnya tidak semuanya terbakar. Dan pada pembakaran ketiga, tidak ada yang tersisa kecuali abunya.
Tulang iga sepanjang 15 sentimeter dan dibungkus dengan zat kimia berwarna hitam, disimpan dengan baik, kata Charlier. Ia menyatakan pertama-tama timnya akan melakukan uji DNA untuk menentukan jenis kelaminnya. Lalu mereka akan melanjutkan tes untuk menentukan usia tulang tersebut. Uji perbandingan DNA tidak dapat dilakukan karena garis keturunan Joan d’Arc kemungkinan salah, kata Charlier.
“Kami akan dapat menyatakan: Ini adalah abu seorang wanita yang tewas di Rouen (Prancis utara), berusia 19 tahun, yang meninggal dunia pada 1431 sekitar 30 Mei dan yang dibakar tiga kali pada hari yang sama,” ujar Charlier. Jika semua itu dapat dikonfirmasi, katanya, “Kita akan tahu dengan hampir pasti bahwa ini betul-betul Joan d’Arc.”

Mandat Tuhan
Dilahirkan di sebuah keluarga sederhana di Prancis Timur, Joan d’Arc menyatakan mendengar suara Tuhan dan mendapat mandatnya untuk mengusir Inggris keluar dari Prancis. D’Arc ditangkap tahun 1430 dan diadili dengan tuduhan menyebarkan klenik dan ilmu gaib setelah membawa kemenangan Prancis dalam beberapa pertempuran dalam Perang Seratus Tahun. Yang paling terkenal adalah pertempuran di Orleans, sebelah selatan Paris.
Gadis muda asal Lorraine yang sering menyamar sebagai pria dalam pertempuran itu pun dibakar di tiang pembakaran di Rouen, 30 Mei 1431. Dia dinyatakan tidak bersalah 7 Juli 1456 dan didaftarkan sebagai calon orang suci pada 11 April 1909. Joan d’Arc diangkat menjadi santa oleh Gereja Katolik pada 16 Mei 1920.
Kisah luar biasa yang dialami Joan d’Arc telah menjadi sumber ilham bagi para penulis Prancis, mulai dari Voltaire hingga pengarang masa kini.
Pernyataannya tentang ilham Ilahi dan keberhasilannya memukul mundur pasukan penyerbu Inggris, membuat dirinya sebagai simbol yang kuat kebangkitan bangsa Prancis.
Dia kemudian menjadi inspirasi mistis bagi para nasionalis Katolik Prancis dan telah digunakan secara kontroversial sebagai emblem Partai Front Nasional ekstrem kanan pimpinan Jean-Marie Le Pen, yang memperingati kematiannya setiap tahun.
Namun begitu, Charlier menegaskan dirinya didorong oleh rasa keingintahuan ilmiah belaka dan tak terpengaruh dengan “perdebatan” soal warisan yang ditinggalkan Joan d’Arc.
“Tak ada tujuan nasionalistis di belakang proyek ini, tak ada aspek keagamaan dan politis. Proyek ini betul-betul ilmiah dan investigasi sejarah,” katanya.
Abu Joan d’Arc, yang kini berada di bawah pengawasan sebuah asosiasi sejarah Prancis dan sekarang menjadi milik Gereja Katolik Roma di Tours, barat daya Prancis, merupakan satu-satunya jejak yang tersisa dari pahlawan perempuan itu.
Charlier sebelumnya mencatat keberhasilan mengidentifikasi penyebab kematian Agnes Sorel, wanita simpanan Raja Charles VII yakni keracunan mercuri. Namun, dia tidak mampu memastikan apakah peristiwa itu merupakan pembunuhan.
(ap/ant/afp/nat)

Tidak ada komentar: